Sumbangan yang diberikan ilmuwan muslim di bidang
astronomi pada abad pertengahan atau di masa-masa kejayaan Islam sangat besar.
Sejak ajaran Islam datang, tegak dan tersiar ke seluruh penjuru dunia, ilmu
astronomi turut berkembang. Ilmu astronomi memiliki korelasi yang erat dengan
ilmu hisab, yang berkaitan dengan ibadah utama dalam rukun islam, seperti shalat, puasa dan haji. Tanpa ilmu hisab, akan
mustahil bagi umat muslim di seluruh penjuru dunia dapat mengetahui kapan
datangnya waktu shalat, awal dan akhir bulan suci Ramadhan, datangnya hari raya
Idul Adha, dan sebagainya.
Suatu studi penelitian sejarah tentang peninggalan
para astronom islam, pernah dilakukan oleh pakar sejarah dari Frakfurt University Jerman bernama Prof. DR. David King. Beliau
mendokumentasikan penelitiannya dalam sebuah buku karangannya berjudul “IN SYNCHRONY WITH THE HEAVENS: Studies in Astronomical Time Keeping and
Instrumentation in Medieval Islamic Civilization”. Buku
beliau terbit dalam dua jilid yaitu :
o
Jilid I berjudul “The Call of the Muezzin”
o
Jilid II berjudul “Instruments of Mass Calculation”
![]() |
" Instruments of Mass Calculation " |
Secara sportif dan tidak melakukan perang pemikiran
kepada umat Islam, pada kedua jilid buku tersebut diulas tentang warisan
sumbangan para ilmuwan muslim terhadap kemajuan dunia Ilmu Pengetahuan dan
Tekhnologi (IPTEK) dibidang keilmuan astronomi, pada masa-masa keemasan umat.
Semua isi buku tersebut ditulis beliau, berdasarkan kepada fakta-fakta yang ada
di lapangan, tanpa dilebih-lebihkan dan tanpa dikurang-kurangkan. Sehingga,
tampaklah betapa besarnya sumbangan para astronom Islam pada saat itu, untuk
peradaban dunia.
Pada Jilid I dan Jilid II dari buku tersebut dengan
ketebalan lebih kurang setebal 1 000 halaman dijelaskan beberapa warisan para
astronom dari berbagai negeri, pada abad ke-9 M dan abad ke-10 M yaitu Spanyol,
Arab Saudi, Yaman, Syiria, Mesir, Maroko, Tunisia, Uzbekistan, Turki,
Palestina, Iraq dan Iran. Disamping itu, pada buku tersebut juga disajikan
nama-nama para ilmuwan Islam yang telah berkiprah sebagai astronom pada
masa-masa tersebut. Mereka tersebut, antara lain :
Ø Mesir - (Ibnu Yunus, Al Kutubi, Najmuddin Al-Mishri, Ridwan Efendi)
Ø Syiria - (Al Khalili, Al Tanthawi, Al Battani, Al Mizzi, Syihabuddin Al Halabi, Abdullah
Al Halabi)
Ø Spanyol - (Az-Zarqali)
Ø Turki - (Ahmad Efendi, Shalih Efendi, Taqi Al Din, Muhammad Ibnu Katib Sinan )
Ø Palestina - (Al Karaki )
Ø Arab Saudi - (Husain Husni )
Ø Iraq - (Al Khwarizmi, Ali Ibnu Amajur, Habash )
Ø Maroko - (Muhyiddin Al Maghribi )
Ø Yaman - (Abu Al Uqul, Ibnu Dair )
Ø Tunisia - (Sa’id Ibnu Khafif )
Ø Uzbekistan (Husain Qus’a )
Ø Iran (Nasir Al Din Al Tusi ),
Perbedaan antara Jilid I dan Jilid II secara detail
dari buku karangan Prof. DR. David King
tersebut, terdapat pada isi uraian pada masing-masing buku tersebut. Pada Jilid
I isinya membahas mengenai peninggalan karya-karya astronom muslim pada abad
ke-9 M dan ke-10 M, dari berbagai belahan negeri Timur Tengah, seperti negeri Hijaz
(Arab Saudi), Yaman, Maghribi (Afrika Utara), Iraq, Syria, Palestina dan Mesir.
Peninggalan para astronom tersebut berupa table- tabel waktu shalat wajib 5
waktu yaitu :
§ Tabel ketinggian (altitude) dan bujur ekliptika (longitude)
matahari untuk lintang geografik (latitude) tertentu
§ Tabel untuk mendokumentasikan ketinggian bintang (stellar), tabel azimuth
matahari, yang berasal dari sudut pengamatan tertentu dari 0 derajat menuju
matahari sebagai titik sasaran pengamatan dari suatu wilayah dipermukaan bumi
§ Tabel deklinasi (declination) matahari; table untuk ketinggian pusat
bola matahari
§ Tabel untuk menghitung lama waktu di siang hari pada suatu wilayah
dipermukaan bumi, dalam selang waktu setahun
§ Tabel untuk menentukan waktu twilight ragam empat musim yang terjadi
di bumi (panas, dingin, semi dan hujan).
Dalam buku
tersebut, juga disajikan perihal lain berupa :
ü Peran astronom profesional pada institusi keagamaan untuk kelancaran
kegiatan keagamaan dalam masyarakat Islam pada saat itu
ü Sumbangan para astronom Syria dan Mesir berupa solusi pemecahan problem
astronomi secara universal
ü Orientasi seni arsitektur bangunan Islam berkaitan dengan keilmuwan
astronomi
ü Peta dunia yang berpusat di kota Mekkah, dan lain-lain.
Bersambung ...
(Silahkan baca Bagian 2)
0 komentar:
Posting Komentar