Jumat, 03 Februari 2017

Warisan Astronom Muslim Abad Pertengahan (Bagian 1)

George Sarton, seorang penulis History of Science, membagi tiap abad dalam selang waktu 50 tahun dan mengaitkan masing-masing periode tersebut dengan tokoh ilmuwan yang paling menonjol dalam selang waktu tersebut. Tampak dalam tulisannya selama 350 tahun (3,5 abad) sains dimonopoli oleh ilmuwan islam berkebangsaan Arab, Turki, Afghanistan dan Persia. Dimana mereka adalah para ilmuwan diberbagai bidang ilmu sains salah satunya astronomi, diantara keilmuan sains lain seperti matematika, kedokteran, fisika, biologi, geografi dan kimia. Walaupun banyak diantara peninggalan mereka yang telah hilang hingga saat ini. Namun, masih ada yang masih tersisa yang dapat kita lihat sebagai warisan dari peninggalan mereka. Salah satu yang masih tertinggal tersebut di bidang astronomi, sebagai bukti yang menunjukkan keberadaan dan kejayaan sinar mereka dalam percaturan dunia sains.

 
Masa Kejayaan Muslim dalam Sains
Sumbangan yang diberikan ilmuwan muslim di bidang astronomi pada abad pertengahan atau di masa-masa kejayaan Islam sangat besar. Sejak ajaran Islam datang, tegak dan tersiar ke seluruh penjuru dunia, ilmu astronomi turut berkembang. Ilmu astronomi memiliki korelasi yang erat dengan ilmu hisab, yang berkaitan dengan ibadah utama dalam rukun islam, seperti  shalat, puasa dan haji. Tanpa ilmu hisab, akan mustahil bagi umat muslim di seluruh penjuru dunia dapat mengetahui kapan datangnya waktu shalat, awal dan akhir bulan suci Ramadhan, datangnya hari raya Idul Adha, dan sebagainya.
 
Prof DR. David King
Suatu studi penelitian sejarah tentang peninggalan para astronom islam, pernah dilakukan oleh pakar sejarah dari Frakfurt University Jerman bernama Prof. DR. David King. Beliau mendokumentasikan penelitiannya dalam sebuah buku karangannya berjudul “IN SYNCHRONY WITH THE HEAVENS: Studies in Astronomical Time Keeping and Instrumentation in Medieval Islamic Civilization”. Buku beliau terbit dalam dua jilid yaitu :
o   Jilid I berjudul “The Call of the Muezzin”
o   Jilid II berjudul “Instruments of Mass Calculation”
 
" The Call of The Muezzin "
" Instruments of Mass Calculation "

Secara sportif dan tidak melakukan perang pemikiran kepada umat Islam, pada kedua jilid buku tersebut diulas tentang warisan sumbangan para ilmuwan muslim terhadap kemajuan dunia Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (IPTEK) dibidang keilmuan astronomi, pada masa-masa keemasan umat. Semua isi buku tersebut ditulis beliau, berdasarkan kepada fakta-fakta yang ada di lapangan, tanpa dilebih-lebihkan dan tanpa dikurang-kurangkan. Sehingga, tampaklah betapa besarnya sumbangan para astronom Islam pada saat itu, untuk peradaban dunia.

Pada Jilid I dan Jilid II dari buku tersebut dengan ketebalan lebih kurang setebal 1 000 halaman dijelaskan beberapa warisan para astronom dari berbagai negeri, pada abad ke-9 M dan abad ke-10 M yaitu Spanyol, Arab Saudi, Yaman, Syiria, Mesir, Maroko, Tunisia, Uzbekistan, Turki, Palestina, Iraq dan Iran. Disamping itu, pada buku tersebut juga disajikan nama-nama para ilmuwan Islam yang telah berkiprah sebagai astronom pada masa-masa tersebut. Mereka tersebut, antara lain : 

Ø  Mesir - (Ibnu Yunus, Al Kutubi, Najmuddin Al-Mishri, Ridwan Efendi)
Ø  Syiria - (Al Khalili, Al Tanthawi, Al Battani, Al Mizzi, Syihabuddin Al Halabi, Abdullah Al Halabi)
Ø  Spanyol - (Az-Zarqali)
Ø  Turki - (Ahmad Efendi, Shalih Efendi, Taqi Al Din, Muhammad Ibnu Katib Sinan )
Ø  Palestina - (Al Karaki )
Ø  Arab Saudi - (Husain Husni )
Ø  Iraq - (Al Khwarizmi, Ali Ibnu Amajur, Habash )
Ø  Maroko - (Muhyiddin Al Maghribi )
Ø  Yaman - (Abu Al Uqul, Ibnu Dair )
Ø  Tunisia - (Sa’id Ibnu Khafif )
Ø  Uzbekistan (Husain Qus’a )
Ø  Iran (Nasir Al Din Al Tusi ), 

Perbedaan antara Jilid I dan Jilid II secara detail dari buku karangan Prof. DR. David King tersebut, terdapat pada isi uraian pada masing-masing buku tersebut. Pada Jilid I isinya membahas mengenai peninggalan karya-karya astronom muslim pada abad ke-9 M dan ke-10 M, dari berbagai belahan negeri Timur Tengah, seperti negeri Hijaz (Arab Saudi), Yaman, Maghribi (Afrika Utara), Iraq, Syria, Palestina dan Mesir. Peninggalan para astronom tersebut berupa table- tabel waktu shalat wajib 5 waktu yaitu :

§  Tabel ketinggian (altitude) dan bujur ekliptika (longitude) matahari untuk lintang geografik (latitude) tertentu
§  Tabel untuk mendokumentasikan ketinggian bintang (stellar), tabel azimuth matahari, yang berasal dari sudut pengamatan tertentu dari 0 derajat menuju matahari sebagai titik sasaran pengamatan dari suatu wilayah dipermukaan bumi
§  Tabel deklinasi (declination) matahari; table untuk ketinggian pusat bola matahari
§  Tabel untuk menghitung lama waktu di siang hari pada suatu wilayah dipermukaan bumi, dalam selang waktu setahun
§  Tabel untuk menentukan waktu twilight ragam empat musim yang terjadi di bumi (panas, dingin, semi dan hujan). 

Dalam buku tersebut, juga disajikan perihal lain berupa :
ü  Peran astronom profesional pada institusi keagamaan untuk kelancaran kegiatan keagamaan dalam masyarakat Islam pada saat itu
ü  Sumbangan para astronom Syria dan Mesir berupa solusi pemecahan problem astronomi secara universal
ü  Orientasi seni arsitektur bangunan Islam berkaitan dengan keilmuwan astronomi
ü  Peta dunia yang berpusat di kota Mekkah, dan lain-lain. 

Pada Jilid II banyak menyajikan informasi tentang macam beragam alat astronomi yang digunakan oleh para astronom Islam pada saat itu, seperti : astrolabe, quadrant, sundial, equatoria, kompas magnetik, pendulum dan lain-lain.

Bersambung ...
(Silahkan baca Bagian 2)

0 komentar:

Posting Komentar